Perilaku Manusia
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang
dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, genetika,
DLL.
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku
wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang.
Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak
ditujukan
kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial
manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang
merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial
adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan
terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan
diatur oleh berbagai kontrol sosial.
Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk
mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya
masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam
rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.
1.
Perilaku
manusia terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1.
Perilaku
refleksif, yaitu perilaku yang terjadi dengan sendirinya, secara otomatis atau
pada dasarnya tidak dapat dikendalikan atas reaksi secara spontan terhadap stimulus
atau rengsangan yang mengenai organisme atau individu tersebut.Misalnya reaksi
kedip mata bila kena sinar dan menarik jari bila kena api. Dalam perilaku
refleksif stimulus atau rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu
tidak sampai ke pusat susunan syaraf atau otak, sebagai pusat kesadaran,
sebagai pusat pengendali perilaku. Dalam perilaku refleksif respons(jawaban,
tanggapan atau balasan) langsung timbul begitu menerima stimulus atau
rangsangan. Dengan kata lain begitu stimulus atau rangsangan diterima oleh reseptor(satu
atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan
tertentu yang berasal dari luar atau dalam tubuh), respons langsung timbul
melalui afektor(sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan),
tanpa melalui pusat kesadaran atau otak.
2.
Perilaku
non refleksif, yaitu perilaku yang paling dominan, merupakan perilaku yang
banyak pada diri manusia. Perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh pusat
kesadaran atau otak. Dalam kaitan ini stimulus atau rangsangan setelah diterima
oleh reseptor kemudian diteruskan ke
otak sebagai pusat syaraf, pusat kesadaran, baru kemudian terjadi respons
melalui afektor.
“Stimulus,
yaitu segala sesuatu yang mengenai reseptor,
dan menyebabkan aktifnya organisme. Ini berarti segala sesuatu yang mengenai
reseptor menyebabkan reseptor itu aktif, dan ini menyebabkan organisme itu
aktif” (Chaplin, 1972; Woodworth & Marquis, 1957).
2.
Pembentuk
perilaku manusia
Perilaku manusia
yang dapat kita dilihat dalam keseharian maupun perilaku kita sehari – hari
sebagian besar dibentuk dan dipelajari.
1.
Cara pembentukan
perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
Cara pembentukan
perilaku dengan kondisioning yaitu dengan pembiasaan secara terus menurus
sehingga menjadi kebiasaan dengan cara membiasakan diri untuk dapat berprilaku
sesuai yang diharapkan dan pada akhirnya
terbentuklah perilaku tersebut. Misalnya mengucapkan salam bila bertamu,
monggosok gigi sebelum tidur, dan berdoa sebelum makan dan sebagainya.
2.
Cara
pembentukan perilaku dengan pengertian (insigh)
Pembentukan
perilaku dapat dilakukan dengan pengertian. Misalnya pergi kerja tepat waktu
agar tidak dipecat. Menggunakan helm agar tidak ditilang polisi, dan masih
banyak contoh lainnya untuk menggambarkan hal tersebut. Cara ini berdasarkan
cara pembelajaran kognitif, yaitu belajar disertai dengan adanya pengertian.
3.
Cara
pembentukan perilaku dengan menggunakan model
Pembentukan
perilaku dengan model adalah dengan
contoh. Misalnya orang tua sebagai contoh anak – anaknya, pemimpin sebagai
panutan yang dipimpinnya. Orang tua dan pemimpin dijadikan model atau contoh
dalam pembentukan perilaku. Cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social learning theory) atau observational learning theory yang
dikemukakan oleh Bandura (1977)
3.
Beberapa
teori perilaku
Perilaku manusia
tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan tempat
tinggal individu itu berada. Dalam hal ini perilaku manusia di dorong oleh
motif tertentu.
1.
Teori
insting
Teori ini di
kemukakan oleh McDougall sebagai pelopor dari psikologi sosial, yang
menerbitkan buku psikologi sosial yang pertama kali. Menurut McDougall perilaku
itu disebabkan karena adanya insting, dan McDougall mengajukan suatu daftar insting.
Insting merupakan perilaku yang innate, perilaku yang bawaan, dan insting akan
mengalami perubahan karena pengalaman.
Insiting : Pola tingkah laku yg bersifat turun-temurun yg dibawa
sejak lahir ; naluri ; garizah ; Zool kecenderungan pada tingkah laku yg
diwarisi dari nenek moyang dan kebiasaan pada binatang jenis tertentu tanpa
pengalaman sebelumnya atau tanpa tujuan yg mendasar (seperti pembuatan tempat
tinggal yg khas, mendapat dan menyimpan serta mencernakan makan-annya yg
mungkin dapat dimanfaatkan pada musim hujan) ; Psi daya dorong utama pada
manusia bagi kelangsungan hidupnya (seperti nafsu berahi, rasa takut, dorongan
untuk berkompetisi) ; dorongan untuk secara tidak sadar bertindak yg tepat.
2.
Teori
dorongan (drive theory)
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan – dorongan atau drive tertentu. Dorongan – dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan – kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila organisme itu mempunyai kebutuhan, dan organisme ingin memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme berprilaku dan dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi(pengurangan, pemotongan). Teori ini menurut Hull (lih. Crider, 1983; Hergenhahn, 1976) juga disebut drive reduction.
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan – dorongan atau drive tertentu. Dorongan – dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan – kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila organisme itu mempunyai kebutuhan, dan organisme ingin memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme berprilaku dan dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi(pengurangan, pemotongan). Teori ini menurut Hull (lih. Crider, 1983; Hergenhahn, 1976) juga disebut drive reduction.
3.
Teori
insentif
Teori ini
bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena
adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong organisme berbuat atau
berperilaku. Intensif atau juga disebut sebagai reinforcement(penguatan) ada yang positif dan ada yang negatif. Reinforcement yang positif adalah
hadiah, sedangkan reinforcement
negatif berkaitan dengna hukuman. Reinforcement
yang positif akan mendorong organisme berbuat atau berprilaku, sedangkan reinforcement yang negatif akan
menghambat organisme atau individu dalam berprilaku. Perilaku semacam itu
dikupas secara tajam dalam psikologi belajar.
Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1984 : 1) :Insentif
adalah pengupahan yang memberikan imbalan
yang berbeda karena memang prestasi yang berbeda.
4.
Teori
atribusi
Teori ini
menjelaskan sebab – sebab perilaku manusia. Apakah perilaku disebabkan oleh disposisi (tindakan atau lanjutan) internal
(misal motif, sikap, dsb) ataukah oleh keadaan eksternal. Teori ini dikemukakan
oleh Fritz Heider (lih. Baron dan Byrne, 1984) dan teori ini menyangkut lapangan
psikologi sosial. Pada dasarnya perilaku manusia itu dapat atribusi internal,
tetapi juga dapat atribusi eksternal mengenai hal ini lebih lanjut akan
dibicarakan dalam psikologi sosial
Atribusi
adalah bagaimana kita membuat keputusan tentang seseorang. Kita membuat sebuah
atribusi ketika kita merasa dan mendeskripsikan perilaku seseorang dan mencoba
menggali pengetahuan
mengapa mereka berperilaku seperti itu.
5.
Teori
kognitif
“Apabila seseorang harus memiliki perilaku mana
yang mesti dilakukan, maka pada umumnya yang bersangkutan akan memilih
alternatif perilaku yag akan membawa manfaat yang sebesar – besarnya bagi yang
bersangkutan. Ini disebut sebagai model subjective expected utility(SEU) (lih.
Fishbein dan Ajzen, 1975)”.
Dalam kemampuan memilih ini faktor berpikir berperan dalam menentukan pilihan.
Dengan kemampuan berpikir akan menjadi bahan pertimbangan seseorang dalam
berbuat atau bertindak dengan milihat waktu sekarang dan juga dapat melihat ke
depan apa yang akan terjadi dalam seseorang bertindak. Dalam model SEU
kepentingan pribadi yang menonjol, tetapi dalam seseorang berperilaku kadang –
kadang kepentingan pribadi dapat disingkirkan.
4. Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku manusia
4.
Kontrol perilaku pribadi – adalah kepercayaan seseorang
mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku. dll
0 Response to "Perilaku Manusia"
Post a Comment